Sabtu, 11 Oktober 2008

Problem Based Learning

Kalbe.co.id - Medicine 2.0 Congress telah berlangsung awal September 2008 yang lalu. Abstrak penelitian dan presentasi dapat ditelusuri di situs resminya, Medicine 2.0 Congress. Beberapa hasil presentasi menyajikan pengalaman penerapan teknologi Internet, perangkat bergerak dan layanan berbasis web terkait bidang kedokteran. Bisa kita gunakan sebagai cermin untuk pemelajaran (bukan pembelajaran kan..?) bersama.

Beberapa cuplikan abstrak diantaranya:

Singapura memiliki visi mengembangkan portal web kesehatan nasional sebagai suatu multi layanan. Akan ada informasi kesehatan serta perangkat pengawasan dan pencegahan dalam rangka pengelolaan kesehatan pribadi.

Pada abstrak lainnya, suatu layanan konsultasi kesehatan secara umum, ditemukan pengguna wanita lebih banyak menggunakan jasa dokter praktik umum (wanita lebih rasional?). Sedangkan pria lebih banyak dalam pemanfaatan konsultasi elektronik via e-mail (pria lebih terpapar teknologi?).

Sebagian besar konsultasi e-mail memang tidak menghasilkan diagnosis. Karena tidak memenuhi prosedur diagnostik umumnya (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang). Bagaimana jika pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara virtual? Penyakit/kondisi kesehatan yang sering dikonsultasikan diantaranya penyakit metabolik seperti diabetes (kencing manis), kehamilan dan masalah sistem reproduksi pria. Apakah hal yang sama terjadi pada sejawat lainnya?

Kebanyakan hal yang disajikan pada Kongres Medicine 2.0 2008 tersebut terkait dengan Internet. Walaupun koneksi Internet di negara kita masih belum memadai, cepat atau lambat akan makin banyak yang membutuhkan, terutama untuk akses data.

Pengguna yang memanfaatkan Internet untuk mencari informasi kesehatan/kedokteran (’Internet health seeker’) dinyatakan makin meningkat secara kuantitas. Sejalan juga dengan beragamnya informasi yang tersedia. Kualitas menjadi masalah berikutnya. Keterlibatan sejawat bidang kesehatan/kedokteran dan teknologi yang terjun ke dunia Internet diharapkan mampu menjawab masalah kualitas tersebut. Beliau-beliau dapat membantu menyaring informasi yang berkualitas sesuai kaidah keilmuannya dan menyajikannya sehingga lebih mudah dicerna dan diakses (aksesibel) via halaman web.

Di era Medicine 2.0, Health 2.0 atau apapun istilahnya, pembaca informasi kesehatan/kedokteran, baik kalangan medis dan non medis, dapat langsung bertindak selaku penyedia informasi. Mereka membuat isi/muatan (’content’) atau menulis informasi tersebut dari hasil penelusuran kepustakaan dan pengalaman pribadi. Lalu memuatnya via blog, wiki, podcast. Begitu cepat informasi kesehatan/kedokteran akan tersebar. Kadang tidak disertai sumber acuan yang jelas, terkait dengan kedokteran berbasis bukti (’evidence based medicine’).

Tantangan untuk para pencari informasi kesehatan/kedokteran memilah informasi yang berkualitas. Di Internet banyak tersedia panduan untuk menilai kualitas informasi kesehatan yang tersaji di dunia maya ini.

Siapa tahu nanti wiki kesehatan/kedokteran yang termoderasi oleh para ahli di bidangnya dapat diterima lebih luas di kalangan akademisi. :)

Begitu juga dengan situs web/blog kesehatan/kedokteran di tingkat nasional. Selama ini saya masih kesulitan menemukan situs web/blog kesehatan/kedokteran dalam negeri, selain dikelola rekan sejawat, yang bisa dijadikan acuan. Pembaca mungkin punya rekomendasi tersendiri…

Taken from: Medicine 2.0 Congress - Belajar dari Pengalaman by Dani Iswara (Dani Iswara .Net).

Tidak ada komentar: