Rabu, 28 Mei 2008

Selamat Hari Lansia 29 Mei

Karena tidak memiliki Nilai bisnis maka Hari Lansi (HALUN) tidak segebyar dengan Valentine Day ataupun April Move.Hari Lanjut usia international (International Day of older Persons) ditetapkan Sidang Umum PBB setiap 1 Oktober berdasarkan resolusi No.45/106 tanggal 14 Desember 1990. Penetapan hari Lansia international merupakan kelanjutan dari Vienna international Plan Action on Aging (“Vienna Plan”) yang diputuskan di Wina tahun 1982 dengan resolusi No. 37/1982 yang melahirkan kesepakatan untuk mengundang bangsa-bangsa yang belum melaksanakan agar menetapkan hari bagi lanjut usia.Hari Lanjut Usia Nasional dicanangkan secara resmi oleh Presiden Soharto di Semarang pada tanggal 29 Mei 1996 untuk menghormati jasa Dr.KRT Radjiman Wediodiningrat yang usia lanjutnya memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI).Mengapa kita perlu menggebyarkan hari lansia, ada banyak semangat/spirit dan keteladan yang perlu kita tiru dari lansia. Pelukis ternama almahrum affandi di usia 80-an masih terus aktif melukis, Prof Dr Boedi Darmojo masih aktif cermah dimana-mana termasuk luar negeri, walaupun usianya diatas 80 tahun, beberapa tokoh international seperti Gladststone memimpin kabinet inggris dalam usia 80 tahun. Plato meningal dunia dalam usia 80 tahun sedang giat bekerja. Galileo menemukan ilmu gaya gerak (gerak) dalam usia 70 tahun. James watt ahli ilmu alam Inggris mempelajari bahasa Jerman dalam usia 85 tahun, Bertrand Ruessel pada usia 94 tahun masih aktif sebagai tokoh penggerak perdamaian international (Soemartono,Suara Merdeka:29 Mei 2005). Soebronto Laras (65) merupakan tokoh personifikasi Suzuki Indonesia, Aksa Mahmud yang kini usia telah 63 tahun masih aktif sebagai pengusaha dan anggota DPD utusan Sulawesi Selatan.KH.Ali Yafie ulama ahli fiqih yang kini berusia 82 tahun masih aktif mengasuh beberapa pesantren di sulawesi selatan, Sebagai dosen diberbagai perguruan tinggi seperti Asyafi’iyah, Institut Ilmu Al-qur’an, UIN Syarif Hidayatullah,aktif sebagai Dewan Penasehat ICMI dan Dewan Penasehat The Habibie Centre.Mungkin tak banyak yang tahu kalau tanggal 29 mei adalah hari lanjut usia, saya saja baru tahun ini betul-betul hafal kalau setiap tanggal 29 mei adalah sebuah hari istimewa kepada para orang tua. Coba anda Tanya kepada anak-anak kita, saya yakin mereka tidak ada yang tahu, banding jika yang ditanya hari valentine Day atau April Move pasti mereka hafal diluar kepala. Kenapa ini terjadi, hemat saya karena beberapa hal : Hari lansia ini tidak memiliki nilai bisnis, sehingga tidak dapat dijual, karena tidak dapat dijual maka pasti tidak akan menjanjikan keuntungan materi. Sadar atau tidak, saat ini otak kita hampir terjajah dengan sempurna akan paham materialis,segala sesuatu ukurannya adalah materi. Berbeda dengan Valentine day ada banyak hal yang bisa dijual, hotel akan bersaing menyambut para pelanggan yang telah menunggu moment itu sejak lama. Televisi telah mempersiapkan program acara yang bertema valentine jauh-jauh hari. Hari tua identik dengan menurunnya penghasilan, dan menrunnya minat untuk melakukan hal-hal baru, hari tua juga identik dengan tinggal dirumah memperbanyak dzikir, sehingga issu lansia merupakan issu yang tidak layak jual, karenanya para pemilik modal (kapitalis) kurang tertarik dengan moment ini. Belum ada sebuah usaha yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk menggebyarkan hari lansia. Harusnya ini menjadi kerja bersama lintas departemen, sebab penanganan lansia bukan sekedar kewajiban Departemen Sosial tapi merupakan tanggung jawab bersama. Selanjutnya menular kedunia usaha dan orsos/LSM. Sebagai langkah awal Departemen Sosial sebagai leading sector penanganan lansia dapat menggerakkan setiap unit untuk memeriahkan Hari Lansia (HALUN) dengan berbagai kegiatan, bukan saja Direktorat Lansia atau pun panti lansia, tapi semua direktorat dan semua panti yang ada di Departemen Sosial mesti merayakan hari lansia dengan semarak. Misalnya saja panti cacat merayakan lansia dengan mengunjungi para lansia baik yang tinggal dirumah maupun yang tinggal dipanti. Hari Lanjut usia international (International Day of older Persons) ditetapkan Sidang Umum PBB setiap 1 Oktober berdasarkan resolusi No.45/106 tanggal 14 Desember 1990. Penetapan hari Lansia international merupakan kelanjutan dari Vienna international Plan Action on Aging (“Vienna Plan”) yang diputuskan di Wina tahun 1982 dengan resolusi No. 37/1982 yang melahirkan kesepakatan untuk mengundang bangsa-bangsa yang belum melaksanakan agar menetapkan hari bagi lanjut usia. Hari Lanjut Usia Nasional dicanangkan secara resmi oleh Presiden Soharto di Semarang pada tanggal 29 Mei 1996 untuk menghormati jasa Dr.KRT Radjiman Wediodiningrat yang usia lanjutnya memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI).(Sumber:www.wikipedia.org/wiki). Jasa Almahrum Dr. KRT Radjiman Wediodiningrat pada 29 Mei 1945 memimpin sidang pertama BPUPKI yang mengandung nilai perjuangan dan dilakukan dengan penuh kearifan serta berbobot. Radjiman Wediodiningrat sebagai personifikasi mewakili golongan lanjut usia (lansia). Diharapkan generasi berikutnya mencontoh dan mempunyai nilai-nilai kejuangan serta sifat-sifat luhur lainnya sebagaimana diteladankan generasi pendahulu (Soemartono,Suara Merdeka:29 Mei 2005) Mengapa kita perlu menggebyarkan hari lansia?setiap orang termasuk lansia memiliki hak untuk menikmati kehidupannya, HALUN berarti bentuk kepedulian dan perhatian Negara kepada para penduduk senior, pada hari itu juga kita bisa melakukan refleksi menggali kerifan lokal/nasional tentang tingginya status dan kedudukan orang tua baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat terutama dalam konteks budaya ketimuran. Tidak semua lansia berarti ketidakberdayaan atau ketergantungan banyak lansia yang justru mencapai puncak kariernya justru setelah melewati usia 60 tahun, Pelukis ternama almahrum affandi di usia 80-an masih terus aktif melukis, Prof Dr Boedi Darmojo masih aktif cermah dimana-mana termasuk luar negeri, walaupun usiaya diatas 80 tahun, beberapa tokoh international seperti Gladststone memimpin kabinet inggris dalam usia 80 tahun. Plato meningal dunia dalam usia 80 tahun sedang giat bekerja. Galileo menemukan ilmu gaya gerak (gerak) dalam usia 70 tahun. James watt ahli ilmu alam Inggris mempelajari bahasa Jerman dalam usia 85 tahun, Bertrand Ruessel pada usia 94 tahun masih aktif sebagai tokoh penggerak perdamaian international (Soemartono,Suara Merdeka:29 Mei 2005).HALUN adalah moment yang tepat untuk memberikan penghargaan kepada para lansia yang memiliki prestasi atau karya yang bisa menjadi spirit/teladan bagi generasi penerus. Beberapa tokoh pengusaha seperti: Soebronto Laras (65) merupakan tokoh personifikasi Suzuki Indonesia, Aksa Mahmud yang kini usia telah 63 tahun masih aktif sebagai pengusaha dan anggota DPD utusan Sulawesi Selatan.KH.Ali Yafie ulama ahli fiqih yang kini berusia 82 tahun masih aktif mengasuh beberapa pesantren disulawesi selatan, Sebagai dosen diberbagai perguruan tinggi seperti Asyafi’iyah, Institut Ilmu Al-qur’an, UIN Syarif Hidayatullah,aktif sebagai Dewan Penasehat ICMI dan Dewan Penasehat The Habibie Centre. Saya pernah bertemu dengan seorang pria berusia 69 tahun namanya H.Nurdin adam, beliau seorang pensiunan, saat ini sedang mengambil kuliah S1 jurusan Administrasi Negara disalah satu Pergurun tinggi swasta di Makassar. Yang menarik dari sosok yang memiliki 4 anak ini bahwa diusianya yang hampir 70 tahun semangatnya untuk belajar luar biasa, dia menyelesaikan SLTAnya sekitar 43 tahun yang lalu. Semangat apa yang bisa kita ambil dari tokoh yang setiap hari berlatih jalan kaki 2-3 jam, bahwa dihari tuanya dia tidak ingin menghabiskan waktu hanya sekedar menunggu mati, dia ingin mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang baru dan menantang. Saya begitu terkagum-kagum dengan semangat pak haji ini, semangat yang saya yakin setiap generasi muda kita saja belum tentu memilikinya. Karenanya semangat ini perlu ditularkan, dan saya kira hari lansia ini merupakan moment yang paling stretegis untuk menggebyarkan kembali semangat juang para lansia, untuk ditularkan kepada generasi penerus. Pada momen ini merupakan saat dimana para lansia perlu berbicara tentang apa yang telah mereka lakukan bagi bangsa ini dan apa yang belum dikerjakan dan perlu diterusan oleh generasi muda. Ketuaan bukan sekedar penurunan fisik dan kemampuan intelegensi akan tetapi dibalik itu ada kisah/cerita perjalanan hidup ada semangat perjuangan mereka untuk mencapai sukses yang perlu ditularkan. Karenanya HALUN bukan *****a miliki para lansia tapi anak-anak muda pun butuh untuk mengikutinya. Mengapa tidak kita kemas suatu kegiatan yang isinya adalah menggali kisah sukses tokoh-tokoh yang sukses yang saat ini telah lansia, ataupun dialog lintas generasi, dimana lansia dan anak muda berkumpul bersama untuk saling mendengarkan, untuk mereduksi konflik nilai antara orang tua dan anak muda. Sebuah forum dialog yang mencoba merekonstruksi budaya menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Selai itu ada beberapa hal yang bisa dibangun lewat pelaksanaan hari lansia : Peningkatan kualitas lansia dengan mengkampanyekan semangat untuk menikmati hari tua. Banyak orang yang takut menghadapi masa tua karena asumsinya jika sudah tua, maka fisik akan makin lemah, berpenyakit, cepat lupa, penampilan makin tidak menarik dan makin banyak hambatan lain yang membuat hidup makin terbatas(Jacinta F.Rini:2001). Oleh karena itu semangat menikmati hati tua perlu digelorakan, Seperti dikemukakan oleh sartono Mukadis (psikolog) saat peluncuran Yayasan Kencana “pada usia saya saat ini, saya mengantisipasi agar tidak mengalami kematian psikologis dan kematian sosial. Kematian psikolgis berupa kebencian dan kemarahan terhadap diri sendiri karena merasa tidak berguna lagi. Sedangkan kematian sosial adalah perasaan tidak dibutuhkan dan menjadi beban bagi lingkungan sosial disekitar saya.” (Media Indonesia Online, 1 juni 2004). Agar bisa menikmati hari tua (masa pensiun) masih dari Jacinta F. Rini, memberikan beberapa kiat memasuki masa pensiun: menghadapinya secara rileks, banyak tersenyum dan tertawa akan memperbanyak teman yang memberikan keceriaan hidup, tidak terburu-buru dalam menjalani hidup (nikmati dan syukuri), buat rencana kegiatan harian, lakukan kegiatan sosial, manfaatkan waktu untuk hal-hal terbaik dalam kehidupan, tidak berdiam diri, hilangkan kesepian dan dekatkan diri dengan orang didekat anda, jaga kesehatan, kurangi kebiasaan buruk seperti merokok, mengungjungi tempat-tempat menarik, hubungi teman lewat surat, email atau telepon, kembangkan hobi, baca buku yang membangkitkan motivasi, kebiasaan berdoa dan berbincang-bincang serta berdiskusi dengan tuhan dll. Moment untuk mengkampanyekan semangat penghormatan kepada lansia dan pemberian prioritas kepada para lansia dalam pelayanan public. Keberadaan lansia sering dipersepsikan negative oeh masyarakat luas, seperti tidak berdaya, sakit-sakitan, tidak produktif, menjadi beban keuarga, masyarakat bahkan negara. Perlu ada sebuah standar pelayanan disetiap layanan-layanan public yang memberikan prioritas kepada lansia yang ditindak lanjuti dengan pemberian penghargaan kepada lnstansi tersebut sebagai lembaga yang sangat peduli kepada lansia. Lemahnya kepedulian layanan publik kepada lansia bisa kita lihat pada saat pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT), berapa banyak lansia yang harus antri dan desak-desakan dengan orang-orang muda hingga akhirnya mereka kehabisan nafas dan jatuh pingsan. Jika layanan publik ini memiliki kesadaran akan perlindungan kepada lansia, seyogyayanya disediakan tempat khusus bagi para lansia untuk antri. Dan lebih bagus lagi jika semua lansia penerima BLT didata dulu kemudian mereka tidak perlu datang ke kantor pos tapi diantarakan langsung ke rumahnya. Itu baru salah satu contoh layanan public yang tidak berpihak pada lansia. Saya kira masih banyak yang lain. Momen untuk mengkampanyekan “tempat bagi lansia dalam keluarga” (semangat: three generation in one roof). Semangat ini perlu digalakkan dari sekarang, jika tidak kita akan mengalami krisis kemanusiaan. Di China ada sebuah budaya bahwa anak laki-lakilah yang memiliki kewajiban untuk merawat orang tuanya sementara di cina ada sekitar 30 % perempuan cina tidak memiliki anak laki-laki sehingga mereka akan mengalami keterlantaran. Semangat keluarga sebagai tempat yang paling baik bagi lansia dan keluarga memiliki kewajiban untuk memberikan perawatan yang terbaik, perlu terus dipertahankan sebab jika tidak maka akan banyak sekali lansia yang akan hidup terlantar. Sementara institusi pengganti keluarga seperti panti werdha baik dari segi kualitas maupun kuantitas sangat tidak memadai dibandingkan dengan jumlah lansia yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Moment untuk melakukan penyadaran tentang berbagai aktivitas atau pola hidup yang menjaga kualitas hidup dimasa lansia. Penyuluhan dan kampanye pola hidup sehat bagi lansia perlu terus digalakkan, karena masih banyak lansia kita yang tidak/rendahi pengetahuan tentang pola hidup sehat. Penulis : syamsuddin (http://bp.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=644)

Jumat, 23 Mei 2008

Selasa, 20 Mei 2008

Kloning Terapi


Dolly Cloning


Hasil Kloning







Kloning Tikus


Info Kloning


Terapi Kloning


Siklus Hidup dari Plasmodium


KEMOTERAPI

Pendahuluan
- Mula-mula digunakan istilah kemoterapi tahun 1900 oleh Paul Erlich
- Kemoterapi : Zat- zat yang dapat menghentikan pertumbuhan dari sel kanker.
- Kemoterapi: umumnya bersifat paliatif; yaitu meringankan gejala tanpa mempengaruhi secara
pasti jalannya penyakit selanjutnya (dapat memperpanjang waktu hidup)
- Kemoterapi bersifat kuratif : jika terapi dimulai sedini mungkin yaitu pada kanker darah,
kanker testis.
-Kemoterapi - kurang efektif: pada tumor yang tumbuhnya perlahan dengan sedikit sel yang
sedang membelah. Msalnya : kanker paru-paru, usus besar, kanker hati, rahim
- Kemoterapi tidak efektif: terhadap kanker ginjal dan kanker leher rahim.

Pembagian respon tumor terhadap kemoterapi: (cancer terapi)
A. Sembuh dengan Kemoterapi:
ALL, AML, Ewing Sarkoma, Gestyasional trofoblastik Ca, Hodkins disease, Ca
Testis, Wilm’s Tumor, LNH, Rhabdomyosarkoma.
B. Kemoterapi mempunyai aktivitas yang bermakna:
Ca anus, Ca bladder, Ca mammae, CLL, CML, Ca endometrium, Ca kepala dan
leher, Kanker paru sel kecil, Multiple Myeloma, Limfoma folikuler, Ca ovarium,
Hairy cell leukemia.
C. Kemoterapi mempunya aktivitas minor:
Tumor otak, Ca cervix, Ca kolorectal, Ca Prostat, Hepatoseluler karsinoma,
tumor paru non small sell, melanoma, sarkoma kaposi, Ca pankereas, Ca
gaster, Ca sell ginjal, sarkoma jaringan lunak.
D. Kemoterapi Ajuvan Efektif:
Ca mammae ( KGB aksila (+), Ca colorectal (Dukes B2 atau C) sarkoma
osteogenik, Ca ovarium (stadium III), Ca testis.

Kemoterapi Kombinasi:
Terbukti manfaat penggunaan beberapa obat kemoterapi secara bersamaan dibanding pemberian obat kemoterapi tunggal hampir pada semua kanker.
1. Diberikan obat kemoterapi yang jelas terapinya secara tunggal cukup tinggi
2. Toksisitasnya tidak tumpang tindih sehingga lebih berat terhadap satu organ.
3. Bisa diberikan secara bersamaan sehingga intensitas obat bertambah kuat, tetapi efek
samping tidak bertambah.
4. Diberikan secara dose intensity.

Dose intensity adalah :
- Tepat dosis ( sesuai luas permukaan tubuh), tepat jadwal.
- Jarak waktu antara 2 siklus harus cukup pendek sehingga hanya memberiwaktu
kesempatan pulih sel-sel normal

Kemoterapi sebagai pengobatan kanker:
1. Pengobatan induksi:
-Untuk tumor-tumor non solid atau kasus lanjut karena tidak ada pilihan cara
pengobatan lainnya.
- disebut juga pengobatan penyelamatan (salvage)
2. Kemoterapi Ajuvant:
Pengobatan tumor primer dikontrol dengan cara lain ( bedah/ Radiasi)
Diyakini masih adanya sisa sel-sel tumor yang sukar dideteksi sehingga perlu tambahan kemoterapi.
3. Kemoterapi Primer:
Kemoterapi sebagai pengobatan pertama sebelum pengobatan lain ( bedah/ radiasi)
4. Kemoterapi Neo-adjuvant:
Setelah pengobatan bedah/ radiasi ditambahkan kemoterapi atau dilanjutkan kkembali kemoterapi.

Efek samping kemoterapi:
1. Efek samping cepat atau akut ( immediate):
terjadi dalam beberapa detik sampai 30 menit (syok anafilaktik, aritmoia cordis, nyeri daerah suntikan).
2. Efek samping segera (early)
terjadi dalam 30 menit sampai 72 jam ( mual,muntah, demam, reaksi hipersensitifitas, flu-like syndrome, sistitis).
3. Efek samping agak lambat (intermediate)
-terjadi dalam 72 jam- beberapa hari, misal: depresi sum-sum tulang ( Anemia, Leukopenia, trombositopenia): terjadi sesudah 1-3 minggu ( obat mielosupresi pada umumnya) atau 4-6 minggu ( gol nitrosurea)
- stomatitis, diare, alopesia, neuropati perifer, ileus paralitik, toksisitas pada ginjal, penekanan sistim kekebalan tubuh.
4. Efek samping lambat (late)
terjadi pada beberapa bulan, misalnya :
- hiperpigmentasi kulit
Kerusakan pada organ vital
jantung : dexorubisin
Paru : bleomisin-busulfan
Hati : Metotrexat.
- Efek pada sistim reproduksi ( Amenore, spermatogenesis menurun)
- Perubahan sistim endokrin (feminisasi, virilisasi)
- Efek Karsinogenik (kanker sekunder)

Pengelolaan simtomatik post kemoterapi:
Nausea dan vomitus
- golongan fenotiazin= lini pertama
- Domperidon ><> 20000/mm
e. Infeksi
f. Oleh karena defisiensi imunologi yang berhubungan dengan keganasan.
Efek kemotherapi
Perlu dilakukan kultur darah, urin, sputum swab faring.

Pemberian Kemoterapi
Dapat dengan suntikan (iv,IM, atau subkutan) dapat dengan cara khusus, yaitu:
1. suntikan intrathecal lewat pungsi lumbal
2. suntikan intrapleura untuk melekatkan pleura viceralis dan pleura parietalis
3. suntikan intra arteri seperti intra arteri hepatis
4. suntikan intra peritoneal seperti peritoneal dialisis untuk pengobatan cairan asites yang
maligna
5. kemoterapi sebagai radiosensitizer è kemoterapi disuntik segera sebelum atau tepat
bersamaan waktu penyinaran.
- Peroral contohnya Altretamine, ATRA, Busulfan, 6-Thioguanin, treosulfan, calsiumfolinate,
capecitabine, trofosfamid, chlorambucil, siklofosfamide/iv, dll.Procarbazin, mercaptopurine,
MTx/ iv,im,ith
- Intra thecal: Cytarabine/iv,im, sc;mtx.
- Intra pleura: Bleomicin.
- Intraarteri: Bleomicin, cisplatin, dactinomycin, dexorubicin, 5fu, etoposide, melphalan,
mitomysin, nimustine, dll
- Intraperitoneal : carboplatin, cisplatin, 5 fu (u/acites), mitotraxone.
- Intra hepatika : mitoxantone

Kontra Indikasi Kemoterapi
A. Kontra indkasi absolut:
- pada stadium terminal
- Kehamilan trimester pertama
- Kondisi septikemia dan koma.
B. Kontra indikasi relatif :
- Bayi <>8g/dl, leukosit > 3000/mm3

Pedoman penyesuaian dosis obat sitostatika:
jml leukosit jml plateled dosis
>4000 >10000000 100%
3500-4000 > 75000-100000 75%
3000-3500 50.000-75.000 50%
<3000 <50.000 0%

2. BMP : Pada kasus dengan kelainan darah perifer è untuk penetapan diagnosa dan stadium.

3. Fungsi liver, Ureum, kreatinin, kreatin klears asam urat, LDH

D. Pemeriksaan radiologis:
-Foto Thoraks
-Bone survei ( mis: pada mieloma atau kanker payudara)
-Bone scan
-CT Scan, Limfangiografi,MRI.

Minggu, 18 Mei 2008

Evidence Based Medicine pada aspek diagnosis

Evidence Based Medicine (EBM) terhadap aspek diagnosis
Diagnosa dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan penunjang serta tes lain untuk mengidentifikasi penyakit pada pasien.
Ada beberapa cara yang digunakan oleh seorang dokter dalam mendiagnosis pasien:

Algorithmic: cara diagnosis ini layak untuk suatu penyakit tertentu. Sebagai contoh,suatu pendekatan dengan algorithmic, sangat berguna untuk suatu keadaan dimana informasi pasien (misalnya hasil laboratorium) adalah akurat seperti anemia atau penyakit lever
Pattern recognition: cara ini biasanya digunakan oleh seorang dokter pada pengamatan pertama, untuk mendiagnosa kondisi umum pasien seperti radang saluran kencing ataupun sinusitis.
Exhaustive: cara diagnosis ini digunakan untuk penyakit yang telah gagal didiagnosis dengan cara lain. Hal ini biasanya dilakukan pada rumah sakit rujukan yang menerima pasien rujukan, yang belum ditentukan diagnosisnya. Karena itu dikumpulkan semua data yang memungkinkan dari pasien tersebut tersebut untuk membuat diagnosis.
Hypotheticodeductive: cara mendiagnosis jenis ini yaitu dengan membuat diferensial diagnosis, melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terus menerus dan hasilnya digunakan untuk memperbaiki perbedaan diagnosis dan demikian seterusnya, sehingga diperoleh diagnosis akhir.

Untuk setiap cara mendiagnosis diatas, yang penting adalah menggunakan
informasi yang akurat yang dikumpulkan dari pasien. Hal ini berarti harus mencari sebanyak-banyaknya gejala, tanda-tanda, atau hasil-hasil tes yang dikumpulkan dari pasien tersebut. Ini dimaksudkan untuk mencari atau menentukan kemungkinan terdapatnya penyakit pada pasien tersebut (likelihood of a given disease). Proses inilah yang disebut dengan revising the probability of disease.

Menilai Relevansi dan Validitas Makalah Diagnosis
Sebagai contoh, scaning memberikan informasi yang akurat tentang penyakit dari organ-organ tubuh manusia, tetapi tidak praktis untuk dipakai pada komunitas. Biopsi otak juga akurat untuk mendiagnosis enchepalitis, tetapi tidak praktis bila diterapkan pada pasien kita karena memilikki resiko yang tinggi. Jadi tes diagnosis merupakan suatu tes yang feasible untuk diterapkan pada pasien kita.
Bila tes diagnosis diterapkan pada pasien dengan sakit yang berat dan pasien sehat, maka hal ini akan membuat penampilan tes diagnosis tersebut jauh lebih baik dari yang sebenarnya. Oleh karena itu pada penelitian tentang tes diagnosis, tes diagnosis tersebut harus dikerjakan pada pasien yang memilikki spektrum gejala dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Dalam penelitian tersebut juga dimasukkan pasien-pasien yang memilikki gejala yang mirip (similar manifestation).
Sebagai contoh pada diagnosis infark miokard, harus juga dimasukkan pasien yang memilikki gejala seperti spasme kerongkongan, nyeri karena penyakit kandung empedu dan sebagainya.
Apakah penulis menggunakan standar referensi yang masuk akal ? Contoh lain, misalnya pada penelitian diagnosis faringitis yang disebabkan oleh kuman streptokokus, dengan menggunakan titer anti streptolisin O (titer ASO)., hal ini mungkin ideal digunakan sebagai standar referensi. Selain itu juga kultur dan biopsi yang dilakukan pada pasien yang memiliki hasil tes diagnosis negatif merupakan satu-satunya tujuan yang dianggap tidak etis karena invasif. Tes diagnosis dan tes referensi sebagai pembanding harus dikerjakan pada satu orang dan harus blind.
Diagnosis bukan suatu cara untuk mendapatkan kebenaran absolut, tetapi berfungsi membatasi ketidaktahuan, menetapkan dasar-dasar logis untuk membuat probabilitas dan memahami batasan tes terapi (treatment tresholds test).
Untuk menilai aspek diagnosis dengan menggunakan EBM dapat diikuti petunjuk sebagai berikut :
Apakah Bukti Mengenai Tes Diagnosis Ini Adalah Valid ?

Apakah dilakukan suatu pembanding yang independen dan blind dengan standar referensi diagnosis ?
Apakah tes diagnosis ini dievaluasi pada spektrum pasien yang tepat (seperti pada pasien yang biasanya kita ukur dengan tes tersebut ?
Apakah standar referensi diaplikasikan terlepas dari hasil tes diagnosis ?
Apakah tes (atau kelompok tes) divalidasi dalam kelompok pasien yang kedua yang independen ?
Menurut EBM untuk mencapai kata kesepakatan dalam menginterpretasikan suatu
hasil tes diagnosis, para dokter harus mempunyai derajat kesepakatan (degree of agrement) dan dalam hal lain, kita sulit membedakan apakah sesuatu itu normal atau tidak. Dalam EBM ada 6 definisi normal seperti :

Gaussian: mean ± 2 standar deviasi- ini adalah asumsi distribusi normal dari seluruh tes
Percentile: di dalam rentang 5-95% ; mempunyai dasar yang sama dengan pengertian Gaussian
Kultur yang diinginkan: jika normal adalah yang cenderung dilakukan oleh masyarakat.
Faktor resiko: menyebabkan tidak adanya tambahan resiko penyakit, tetapi apakah faktor resiko dapat merubah resiko ?
Diagnosis: rentang suatu hasil dimana diluar rentang tersebut kelainan target yang diinginkan memiliki probabilitas yang tinggi
Terapi: rentang hasil dimana diluar rentang tersebut terapi lebih baik daripada aspek merugikan

Bila kita melakukan beberapa kali tes diagnosis pada subyek akan terjadi sesuatu hasil yang menyimpang yang membawa kepada ketidaklayakan hasil tes selanjutnya. Dalam tes diagnosis, disebut normal apabila terdapat nilai rentang suatu hasil dan hasil diluar rentang tersebut merupakan kelainan target (target disorder) mempunyai probabilitas tinggi.
Sumber;
Kajian Kritis Makalah Ilmiah Kedokteran Klinik Menurut Kedokteran Berbasis Bukti. Oleh DR. Dr. Hananto Wiryo,SpA. Penerbit Sagung Seto-2002., hal 17-20.

Sabtu, 17 Mei 2008

Travel Disease Incidence


Incidence rate, per month, of health problems during a stay in developing countries. PCV, Peace Corps volunteer. (From Steffen R, Lobel HO: Epidemiologic basis for the practice of travel medicine. J Wilderness Med 5:56, 1994. Reprinted with permission from Chapman and Hall, New York.)

Peta Penyakit Infeksi di Dunia




Map of the world showing examples of geographic locales where infectious diseases were noted to have emerged or resurged. (Adapted from Addressing Emerging Infectious Disease Threats: A Prevention Strategy for the United States, Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, 1994.)

Jumat, 16 Mei 2008

Deep Venous Thrombosis

Picture: Deep Venous Thrombosis with diffuse swelling at extremitas inferior dextra
Essentials of Diagnosis :
Pain in the calf or thigh, occasionally associated with swelling; alternatively, there may be no symptoms.
Risk factors: Recent travel; orthopedic injury; recent abdominal, pelvic, or lower extremity surgery; neoplasia (known or occult); oral contraceptive use; prolonged inactivity.
Physical signs unreliable.
Duplex ultrasound is diagnostic
Sumber:
1. Tierney et al. Current Medical Diagnosis & Treatment 2008. Mc Graw Hill-LANGE
2. Afzal. Atlast of Clinical Diagnosis. Second Edition. Saunders - 2003

Crohn's disease lips

Gambar bibir pada penderita penyakit Crohn.
Batasan :
Penyakit Crohn (CD) : inflamasi transmural idiopatik pada saluran pencernaan.
Epidemiologi :
Bimodus dengan puncak pada usia 20 dan 50-70 tahun;
Patologi:
Luasnya penyakit dapat mengenai bagian manapun dari saluran cerna, dari mulut hingga anus, skip lesions 30% pasien mengalami ileitis, 40% ileokolitis, dan 30% kolitis.
Sumber :
1. Afzal. Atlas of clinical diagnosis. econd Edition. Saunders 2003
2. Harrison's. IBD. In Principles of Internal Medicine, 17th Edition.2008

Palmar erythema

Gambar di atas merupakan tanda palmar eritema :
Dijumpai pada penderita hyperthyroidism dan chronic liver disease
Batasan :
"Palmar erythema is a bright-red cutaneous vasodilatation seen mainly over the thenar and
hypothenar eminences"

Printed from STUDENT CONSULT: Macleod's Clinical Examination 11E with availabel :
http://studentconsult.com/content/printpage.cfm?ID=HC002001

Pankreatitis Akut (Kriteria Ranson)

Kriteria Ranson (Faktor yg berpengaruh buruk pada kehidupan pasien pankreatitis akut)
A. Pada saat masuk rumah sakit:
1. Usia > 55 tahun
2. Leukositosis > 16.000/ml
3. Hiperglikemia > 11 mmol/L (>200 mg%)
4. LDH serum > 400 IU/L
5. AST (SGOT) serum > 250 IU/L

B. Selama 48 jam perawatan:
1. Penurunan hematokrit > 100%
2. Sekuestrasi cairan > 4000 ml
3. Hipokalsemia < 1,9 mmol/L (<8,0 mg%)
4. PO2 arteri < 60 mmHg
5. BUN meningkat > 1,8 mmol/L (> 5 mg%) setelah pemberian cairan iv
6. Hipoalbuminemia < 3,2 g%

Interpretasi klinik Kriteria ranson:
Kriteria awal menggambarkan beratnya proses inflamasi,sedangkan kriteria akhir waktu 48 jam menggambarkan efek sistemik aktifitas enzim terhadap organ target,seperti paru dan ginjal.
Bila score <> 6, mortalitas > 50% biasanya sesuai dengan pankreatitis nekrotikan.

Indikator penting yang harus diperhatikan:
1. Hipotensi (<90> 130 x/mnt
2. PO2 < 60 mmHg
3. Oliguria (< 50 ml/jam) atau BUN, kreatinin yang meningkat
4. Metabolik / Ca serum < 8,0 mg% atau albumin serum < 3,2 g%

Bronkhoskopi

Indikasi
1. Diagnostik :
a. Karsinoma bronkhus
b. Penyakit paru interstitial, misalnya sarkoidosis
c. Perselubungan yang menetap pada foto rontgen, misalnya pneumonia persisten
d. Gejala saluran pernafasan yang tidak dapat dijelaskan seperti hemoptisis dan wheezing
e. Mendapatkan sputum untuk pemeriksaan lebih lanjut

2. Terapi:
a. Menghentikan perdarahan dengan bilasan es/adrenalin
b. Pembilasan bronkhus (bronkhoalveolar lavage) pada retensi sputum, atelektasis,mucus
plug, bekuan darah
c. Obstruksi bronkhus pada karsinoma--> pengobatan dengan laser

Kontraindikasi :
1. Gagal jantung
2. Gagal nafas
3. FEV1 < 1,0 liter
4. Angina yang tidak stabil
5. Recent MCI

Persiapan
1. Pasien puasa minimal 6 jam
2. Foto thoraks PA dan Lateral
3. Cek masa pembekuan dan perdarahan
4. Izin tindakan dan inform consent
5. Alat dan obat :
a. Lidonest 2% 50 cc
b. Disposabel spuit 20 cc 3 buah
c. Disposabel spuit 2,5 cc 2 buah
d. Sulfas Atropin 0,25 mg 1-2 amp
e. Mucous collector 2 buah
f. Valium inj 1 amp (bila perlu)

Pungsi Cairan Pleura

Indikasi
1. Terapeutik : mengurangi sesak nafas
2. Diagnostik : pemeriksaan sitologi, kultur mikroorganisme (resistensi dan sensitifitas) thd BTA,jamur dan parasit

Kontraindikasi
1. Gagal jantung (yang belum diatasi)
2. Keadaan yang tidak dapat mentolerir komplikasi pneumotoraks
3. Keadaan umum sangat lemah sehingga tidak dapat duduk/setengah duduk
4. Jumlah cairan terlalu sedikit
5. Gangguan hemostasis yang belum diatasi
6. Pasien dengan positive pressure ventilation karena resiko fistel bronkhopleura dan tension pneumothoraks

Persiapan
1. Izin tindakan dan inform consent
2. Foto Thoraks PA
3. Foto thoraks lateral dekubitus (jika masih meragukan)
4. Masa perdarahan dan masa pembekuan
5. Alat dan obat:
a. Lidokain 2-4 amp
b. Disposabel spuit 2,5 cc 2 buah
c. Disposabel spuit 50 cc 1 buah
d. Three way 1 buah
e. Abocath no. 14 atau 16 1 buah
f. Blood set 1 buah
g. Bag penampung

Water Sealed Drainage (WSD)

Indikasi
1. Pneumothoraks
2. Hemothoraks
3. Empyema thoraks
4. Efusi pleura maligna
5. Prosedur setelah operasi intra thoraks

Kontraindikasi
1. Tidak ada kontraindikasi absolut
2. Bila ada gangguan hemostase/trombositopenia, sebaiknya diatasi terlebih dahulu

Komplikasi
1. Empyema thoraks
2. Laserasi paru
3. Perforasi diafragma
4. Luka mengenai lambung,hati dan limpa
5. Udema paru

Persiapan
1. Izin tindakan dan inform consent
2. Masa perdarahan dan masa pembekuan
3. Foto thoraks PA supine
4. Alat dan obat :
a. Trocar,kanula dan kateter
b. Botol WSD
c. Scalpel dan gunting
d. Larutan antiseptik dalam botol
e. Kassa steril dan plester
f. Lidokain 2% ; 3-4 ampul
g. Disposabel spuit 5 cc dan 10 cc, maing-masing 1 buah
h. Jarum no 22 dan 25

Pemeriksaan Faal Paru Prabedah

A. Pembedahan diluar abdomen dan thoraks
a. Resiko ringan bila ; VC > 60% dan FEV1 > 60%
b. Resiko sedang bila : VC > 30% dan FEV1 > 30%
c. Resiko tinggi bila ; VC < 30% dan FEV1 < 30%

B. Pembedahan abdomen bagian bawah :
a. Resiko ringan bila; VC > 60% dan FEV1 > 60%
b. Resiko sedang bila; VC > 35% dan FEV1 > 60%
c. Resiko tinggi bila: VC < 35% dan FEV1 < 60%

C. Pembedahan abdomen bagian atas:
a. Resiko ringan bila: VC > 60% dan FEV1 > 60%
b. Resiko sedang bila : VC > 40% dan FEV1 > 60%
c. Resiko tinggi bila : VC < 40% dan FEV1 < 60%

Menurut Lockwood, resiko tinggi bila :
a. VC < 1,85 liter
b. FEV1 < 1,2 liter atau VEF1 < 35%
c. MVV <> MVV = Maximal Voluntary Ventilation

Rumus Klinik Bagian Dua

Rumus Baku Hematologi

1. MCV = Ht/eritrosit x 10 (N:83-92)
2. MCH = Hb/eritrosit x 10 (N:27-31)
3. MCHC = Hbx100/Ht (N: 32-36)
4. SI: Wanita : 37-145
Laki-laki: 59-158
5. TIBC: Wanita: 150-250
Laki-laki: 200-300
6. HbA2 Normal < 35 ; HbF Normal < 1

Koreksi Retikulosit
Tahap I :
o/oo Rt aktual = o/oo Rt pasien x (Ht pasien/Ht normal)
Normal = 5 - 15 (o/oo) --> Ht normal wanita 42 dan laki-laki 38

Tahap II:
Indeks Retikulosit :
o/oo Rt aktual x [ (Ht pasien/Ht normal) x (1/masa pematangan Ht) ]
Ht --> Masa pematangan Ht
45 --> 1
35 --> 1,5
25 --> 2
15 --> 2,5

Sepsis dan Renjatan Sepsis

SEPSIS DAN RENJATAN SEPTIK
PENGERTIAN
Sepsis merupakan sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS) yang disebabkan oleh infeksi
Renjatan (syol) septik : sepsis dengan hipotensi, ditandai dengan penurunan TDS <90>40 mmHg dari TD awal, tanpa adanya obat-obatan yang dapat menurunkan TD
Sepsis berat : gangguan fungsi organ atau kegagalan fungsi organ termasuk penurunan
kesadaran, gangguan fungsi hati, ginjal, paru-paru, dan asidosis metabolik
DIAGNOSIS SEPSIS
SIRS ditandai dengan 2 gejala atau lebih berikut :
Suhu badan >38oC atau 36 oC
Frekuensi denyut jantung >90x/menit
Frekuensi pernafasan >24x/menit atau PaCO2 <32
Hitung leukosit >12.000/mm3 atau <4.000/mm3,>10% sel batang
Ada fokus infeksi yang bermakna
DIAGNOSIS BANDING
Renjatan kardiogenik, renjatan hipovolemik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, gula darah, AGD, elektrolit,kultur darah dan infeksi fokal (urin, pus, sputum, dll) disertai uji kepekaan mikroorganisme terhadap anti mikroba, foto toraks
TERAPI
· Eradikasi fokus infeksi
· Antimikroba empirik diberikan sesuai dengan tempat infeksi, dugaan kuman penyebab, profil antimikroba (farmakokinetik dan farmakodinamik), keadaan fungsi ginjal dan fungsi hati antimikroba definitif diberikan bila hasil kultur mikroorganisme telah diketahui, antimikroba dapat diberikan sesuai hasil uji kepekaan mikroorganisme
· Suportif : resusitasi ABC, oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/inotropik, dan transfusi (sesuai indikasi) pada renjatan septik diperlukan untuk mendapatkan respons secepatnya
Resusitasi cairan. Hipovolemia pada sepsis segera diatasi dengan pemberian cairan kristaloid atau koloid. Volume cairan yang diberikan mengacu pada respons klinis (respons terlihat dari peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi jantung,kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan ekstremitas, produksi urin, dan perbaikan
kesadaran) dan perlu diperhatikan ada tidaknya tanda kelebihan cairan (peningkatan tekanan vena jugularis, ronki, galop S3, san penurunan saturasi oksigen). Sebaiknya dievaluasi dengan CVP (dipertahankan 8-12 mmHG), dengan mempertimbangkan kebutuhan kalori perhari. Oksigenasi sesuian kebutuhan. Ventilator diindikasikan pada hipoksemia yang progresif, hiperkapnia, gangguan neurologis, atau kegagalan otot pernafasan
Bila hidrasi cukup tetapi pasien tetap hipotensi, diberikan vasoaktif untuk mancapai tekanan darah sistolik >90 mmHg atau MAP 60 mmHg dan urin dipertahankan >30 ml/jam. Dapat digunakan vasopresor seperti dopamin dengan dosis >8 􀈝g/kgBB/menit, neropinefin 0,03-1,5 􀈝g/kgBB/menit, fenilefrin 0,5-8 􀈝g/kgBB/menit, atau epinefrin 0,1-0,5 􀈝g/kgBB/menit. Bila terdapat disfungsi miokard, dapat digunakan inotropik seperti dobutamin dengan dosis 2-28 􀈝g/kgBB/menit, dopamin 3-8 mcg/kgBB/menit, epinefrin 0,1-0,5 mcg/kgBB/menit, atau fosfodiesterase inhibitor (amrinon dan milrinon).
Tranfusi komponen darah sesuai indikasi
Koreksi gangguan metabolik : elektrolit, gula darah, dan asidosis metabolik (secara
empiris dapat diberikan bila pH<7,2, atau bikarbonat serum <9 mEg/l, dengan disertai upaya perbaikan hemodinamik)
Nutrisi yang adekuat
Terapi suportif terhadap gangguan fungsi ginjal
Kortikosteroid bila ada kecurigaan insufisiensi adrenal
Bila terdapat KID dan didapatkan bukti terjadinya tromboemboli, dapat diberikan heparin dengan dosis 100 IU/kgBB bolus, dilanjutkan 15-25 IU/kgBB/jam dengan infus kontinu, dosis lanjutan disesuaikan untuk mencapai target aPTT 1,5-2 kali kontrol atau antikoagulan lainnya
KOMPLIKASI
Gagal nafas, gagal gianjal, gagal hati, KID, renjatan septik ireversibel
PROGNOSIS
Dubia ad malam
WEWENANG
· RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
· RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MENANGANI
· RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam – Divisi Tropik Infeksi
· RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
RS pendidikan : Divisi pulmonologi, ginjal-hipertensi, hematologi-onkologi, dan medical
high care / ICU
RS non pendidikan : ICU

Anonim. Tropik Infeksi. Dalam Panduan Pelayanan Medik. PB PAPDI. Editor Aziz Rani,
Sidartawan Sugondo, Anna Uyainah Z. Nasir, Ika Prasetya Wijaya, Nafrialdi, Arif
Mansjoer. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Tahun 2006, hal
137-153

Demam Tifoid

PENGERTIAN
Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi
DIAGNOSIS
· Anamnesis : demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam
menetap (kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore / malam
hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare.
· Pemeriksaan Fisis : febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu
1oC tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali,splenomegali, nyeri
abdomen, roseolae (jarang pada orang Indonesia).
· Laboratorium : dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal,
aneosinofilia, limfopenia, peningkatan Led, anemia ringan, trombositopenia,
gangguan fungsi hati. Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji
Widal >4 kali lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis. Kultur darah negatif
tidak menyingkirkan diagnosis. Uji Widal tunggal dengan titerantibodi O 1/320 atau
H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokong diagnosis.
Hepatitis Tifosa
Bila memenuhi 3 atau lebih kriteria Khosla (1990) : hepatomegali, ikterik, kelainan
laboratorium (antara lain : bilirubin >30,6 umol/l, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan
indeks PT), kelainan histopatologi.
Tifoid Karier
Ditemukannya kuman Salmonella typhi dalam biakan feses atau urin pada seseorang
tanpa tanda klinis infeksi atau pada seseornag setelah 1 tahun pasca-demam tifoid.
DIAGNOSIS BANDING
Infeksi virus, malaria
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah parifer lengkap, tes fungsi hati, serologi, kultur darah (biakan empedu)
TERAPI
Nonfarmakologis : tirah baring, makanan lunak randah serat
Farmakologis :
Simtomatis
Antimikroba :
Pilihan utama : Kloramfenikol 4 x 500mg sampai dengan 7 hari bebas demam.
Alternatof lain :
Tiamfenikol 4 x 500 mg (komplikasi hematologi lebih rendah dibandingkan
kloramfenikol)
Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu
Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu
Sepalosporin generasi III ; yang terbukti efektif adalah seftriakson 3-4 gram
dalam dekstrosa 100 cc selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari.
Dapat pula diberikan sefotaksim 2-3 x 1 gram, sefoperazon2 x 1 gram
Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari III atau menjelang hari IV) :
Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Pada kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai gangguan kesdaran dengan atau tanpa
kelainan neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal
langsung diberika kombinasi kloramfenikol 4 x 500 mg dengan ampisilin 4 x 1 gram dan
deksametason 3 x 5 mg.
Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksik tifoid, peritonitis atau perforasi,
renjatan septik.
Steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang mengalami
renjatan septik dengan dosis 3 x 5 mg
Kasus tifoid karier
Tanpa kolelitiasis 􀄺 pilihan rejimen terapi selama 3 bulan :
- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + Probenesid 30 mg/kgBB/hari
- Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari + Probenesid 30 mg/kgBB/hari
- Kotrimoksazol 2 x 2 tablet/hari
Dengan kolelitiasis 􀄺 kolesistektomi + regimen tersebut di atas selama 28 hari atau
kolesistektomi + salah satu rejimen berikut :
- Siprofloksasin 2 x 750 mg/hari
- Norfloksasin 2 x 400 mg/hari
Dengan infeksi Schistosoma haematobium pada taksus urinarius 􀄺 eradiksi
Schistosoma haematobium :
Prazikuantel 40 mg/kgBB dosis tunggal, atau
Metrifonat 7,5-10 mg/kgBB bila perlu diberikan 3 dosis, interval 2 minggu
Setelah eradiksi berhasil, diberikan rejimen terapi untuk tifoid karier sepertidi atas
Perhatin : Pada kehamilan fluorokuinolon dan kotrimaksazol tidak boleh digunakan.
Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester III. Tiamfenikol tidak dianjurkan pada
trimester I. Obat yang dianjurkan golongan beta laktam : ampisilin, amoksisilin, dan
sefalosporin generasi III (sefriakson)
KOMPLIKASI
Intestinal : perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis.
Ekstra-intestinal : kardiovaskular (kegagalan sirkulasi perifer, miokarditis, trombosis,
tromboflebitis), hematologik (anemia hemolitik, trombositopenia, KID), paru
(pneumonia, empiema, pleuritis), hepatobilier (hepatitis, kolesistitis), ginjal
(glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis), tulang (osteomielitis, periostitis, spondilitis,
artritis), neuropsikiatrik (toksik tifoid)
PROGNOSIS
Baik. Bila penyakit berat, pengobatan terlambat/tidak adekuat atau ada komplikasi berat,
prognosis meragukan/buruk
WEWENANG
· RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
· RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
· RS pendidikan : Departemen Bedah digestif
· RS non pendidikan : Departemen Bedah

Sumber
Anonim. Tropik Infeksi. Dalam Panduan Pelayanan Medik. PB PAPDI. Editor Aziz Rani,
Sidartawan Sugondo, Anna Uyainah Z. Nasir, Ika Prasetya Wijaya, Nafrialdi, Arif
Mansjoer. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Tahun 2006, hal
137-153

The Cardiovascular Data Base

The Cardiovascular Data Base:
1. Patient History
2. Physical Examination
3. Electrocardiogram
4. Chest X-Ray
5. Routine Blood Exams
6. Additional Tests :
a. Two-Dimensional Echocardiography with Doppler Studies
b. Exercise Treadmill ECG Test
c. Ambulatory Holter Monitoring
d. Nuclear Imaging
e. Cardiac Catheterization

Four Objective Findings to Suspect Heart Disease:
1. Cardiomegaly
2. Organic murmur
3. Arrhythmias
4. Cyanosis

Five Components of a Complete Cardiac Diagnosis:
1. Etiologic Diagnosis
2. Anatomic Diagnosis
3. Physiologic Diagnosis
4. Functional Capacity
5. Prognosis

Sumber: Ong & Patacsil. Cardiology Blue Book. Second Edition. Cacho Hermanos Inc. Philippine.2001

Istilah-istilah Diagnosa TB Paru

TB paru :
- BTA (+), kultur (+), radiologis (+) dan klinis (+)
- BTA (-), kultur (-),radiologis (+) dan klinis (+)
Dan ada perbaikan setelah diterapi OAT

TB paru tersangka :
BTA (-), kultur (-), radiologis (+) dan klinis (+)
Dalam 2 bulan sudah harus ditentukan TB paru atau bukan

Bekas TB paru
Riwayat TB paru, radiologis bekas TB (+), stabil serial, BTA (-) dan kultur (-)

Penderita TB paru dengan dahak (+) dan BTA (+) :
- BTA (+) 2x
- BTA (+) 1x, radiologis (+)
- BTA (+) 1x, kultur (+)

Penderita TB paru dengan dahak (-) dan BTA (-) :
- BTA 3x (-), radiologis TB paru aktif à dapat langsung diterapi
- BTA 3x (-), kultur (+) à dapat langsung diterapi

Kasus Baru
- Belum pernah mendapat OAT
- Mendapat OAT kurang dari 1 bulan

Kasus Kambuh :
- Pernah dapat OAT à sembuh, kemudian aktif lagi

Kasus gagal :
- BTA (+) setelah OAT > 5 bulan
- Berhenti berobat setelah 1 – 5 bulan OAT dan BTA (+)

Kasus Kronik :
- BTA (+) setelah pengobatan ulang dengan pengawasan yang baik

Rumus Klinik Bagian Satu

Rumus Transfusi Darah

1. Whole Blood : 6 x ∂ Hb x BB
2. PRC : 3 x ∂ Hb x BB
3. Konsentrat : 0,5 x ∂ Hb x BB
4. FFP : 10 x ∂ Hb x BB
5. Cryopresipitat : 0,5 x ∂ Hb x BB


Rumus Kebutuhan Albumin


∂ Alb x [(BB x 40)/100 ] x 2 = ….gram

Rumus Menentukan ARDS

AaDO2 = [ (713 x FiO2) – 5/4.pCO2 ] – pO2

Keterangan:
AaDO2 adalah Alveolar Arteriol O2 Difference
FiO2 : Udara bebas : 0,2 ; Setiap kenaikan O2 1 liter: + 0,04
Nilai Normal : 20 – 65
Pneumonia : 100 – 200
ARDS : > 300

Perhitungan Kalori

Perhitungan Jumlah kalori
Perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi,umur,ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani. Penentuan
status gizi dapat dipakai indeks masa tubuh (IMT) atau rumus Broaca.
Penentuan Status Gizi Berdasarkan IMT
IMT dihitung berdasarkan pembagian berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat.
Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT:
Berat Badan kurang <>120%BBI
Untuk kepentingan praktis dalam praktek di lapangan,digunakan rumus Broaca
Penentuan kebutuhan kalori per hari :
1. Kebutuhan basal :
* Laki-laki : BB idaman (kg) x 30 kalor
* Wanita : BB idaman (kg) x 25 kalor
2. Koreksi atau penyesuaian :
* U mur diatas 40 tahun : -5%
* Aktivitas ringan : + 10%
(duduk,nonton televisi)
* Ak tivitas sedang : +20%
(kerja kantoran,IRT,dr, Ns)
* Ak tivitas berat : +30%
(olahragawan,tukang becak)
* BB gemuk : -20%
* BB lebih : -10%
* BB kurus : +20%
3. Str es me tabolik : 10-30%
(infeksi,operasi,stroke)
4 . K ehamilan trimester I dan II : +300 Kalori
5 . Kehamilan trimester III dan menyusui : +500 Kalori
Contoh:
Pasien seorang laki-laki berusia 48 tahun,mempunyai tinggi 160 cm dan BB 63 kg, mempunyai pekerjaan sebagai
penjaga toko
Perhitungan kebutuhan kalori:
· Berat badan ideal = (TBcm-100)kg – 10% = (160cm-100)kg – 10% = 60kg – 6 kg = 54 kg
· Status Gizi = (BB aktual: BB ideal) x 100%
= (63 kg : 54 kg) x100%
= 116% (termasuk berat badan lebih)
Jumlah kebutuhan kalori per hari:
-kebutuhan kalori basal = BB ideal x 30 kalori
= 54 x 30 kalori = 1620 kalori
-kebutuhan untuk aktivitas ditambah 20%= 20% x 1620 kalori= 324 kalori
-koreksi karena kelebihan BB dikurangi 10% = 10% x 1620 = 162 kalori
Jadi total kebutuhan kalori per hari untuk penderita 1620 kalori + 324 kalori – 162 kalori = 1782 kalori. Untuk
mempermudah perhitungan dalam konsultasi gizi digenapkan menjadi 1700 kalori.
Sumber; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor Aru Sudoyo dkk.Penerbit FKUI. Edisi I Tahun 2006